I. PENDAHULUAN
Mengingat
pemeriksaan reduksi urine ini paling banyak mendeteksi gula dalam urine, maka
perlu kiranya teori tentang gula diurine disinggung. Gula yang biasa terdeteksi
melalui pemeriksaan urine adalah glukosa, maka adanya glukosa dalam urine
disebut Glukosuria.
A.
Penyebab terjadinya glukosuria adalah
a. Kadar
glukosa darah ( khususnya darah arteri yang sampai pada glomerulus )
b. Daya
filtrasi ginjal terhadap glukosa
·
Besarnya daya filtrasi ginjal terhadap
glokosa ± 140 – 160 mg% ( untukmaterial darah )
·
Untuk material plasma 170 mg%
c. Daya
reabsorbsi tubulus ginjal
Besarnya daya reabsorbsi 300 – 400 mg/dl,
tetapi hal ini juga dipengaruhi dieresis ( banyaknya volume urine yang
dikeluarkan )
B.
Macam – macam glukosuria
a. Glukosuria
tanpa hiperglikemi
Artinya : adanya glukosa dalam urine
lebih dari normal, tetapi kadar glukosa dalam darah normal.
Contoh penyakit :
·
Renal glukosuria
·
Glukosuria pada ibu hamil
·
Glukosuria alimentair
·
Glukosuria pada syndrome FAneoni
b. Glukosuria
dengan hiperglikemi
Artinya : adanya glukosa dalam urine
lebih dari normal, disertai peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Contoh penyakit :
·
Diabetes mellitus
·
Penyakit hepar
·
Asidosis
C.
Syarat pemeriksaan reduksi
a. Urine
segar
Alasanya : jika urine lama maka bakteri
akan berkembangbiak sehingga glukosa dalam urine akan dirubah menjadi asam
pyruvat dan asam laktat, maka hasil menjadi (-) palsu.
b. Urine
Jernih
Alasanya : jika urine keruh maka
menyebabkan hasil (+) palsu, karena yang dibaca adalah kekeruhan / endapan yang
berwarna.
c. Urine
tidak mengandung protein tinggi
Alasannya : protein yang tinggi akan
mereduksireagen pada pemeriksaan ini sehingga hasil (+) palsu
d. Perbandingan
reagen dengan urine harus sesuai.
e. Pemanasan
urine harus mendidih betul
D.
Pemeriksaan Reduksi
Ada
beberapa macam metode pemeriksaan reduksi
a. Bersifat
spesifik ( bisanya reaksinya enzimatik ), contoh :
·
Test Tape
·
Test B.M
·
Test Clinistix
·
Gala test
b. Bersifat
non spesifik, contoh :
·
Test Benedict
·
Test Fehling
·
Test Nylander
·
Clinis test
II. PRAKTIKUM
Disini
saya akan menguraikan cara pemeriksaan reduksi urine dengan metode Benedict dah
Fehling.
A.
Metode Benedict
a. Tujuan Pemeriksaan :
Untuk menentukan adanya glukose dalam urin secara semi kuantitatif
Untuk menentukan adanya glukose dalam urin secara semi kuantitatif
b. Prinsip Pemeriksaan :
Gukosa dapat mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis sehingga terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat di perkirakan kadar glukosa dalam urin
Gukosa dapat mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis sehingga terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat di perkirakan kadar glukosa dalam urin
c. Bahan Pemeriksaan :
Urine segar
Urine segar
d.
Alat dan Reagen :
·
Alat
: Tabung reaksi, pipet, penangas air / lampu spiritus,
penjepit tabung
·
Reagen
: Reagen Benedict
e. Cara Pemeriksaan :
·
Masukkan
5ml atau 2,5ml reagen benedict kedalam tabung reaksi
·
Teteskan
8 tetes urin kedalamnya (untuk 5ml reagen) atau 4 tetes urin (untuk 2,5ml
reagen)
·
Masukkan
tabung ke dalam penangas air selama 5 menit atau panaskan di tas nyala lampu
api spiritus sampai terbentyk gelembung
·
Angkat
dan kocok isi tabung lalu di dinginkan
·
Setelah
dingin, baca hasil reaksinya dengan terlebih dahulu mengosok isi tabung
f. Pelaporan Hasil Pemeriksaan :
·
Negatif
(-) : bila larutan tetap berwarna biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan
agak keruh
·
Positif
(+) : bila larutan berwarnahijau kekuning-kuningan dan keruh, kadar
glukosa 0,5-1gr%
·
Positif
(+ +) : bila larutan berwarna kuning keruh, kadar glukosa 1-1,5
gr%
·
Positif
(+ + +) : bila warna larutan jingga atau warna lumpur keruh, kadar glukosa
2-3,5gr%
·
Positif
(++++) : bila wana merah keruh, kadar glukosa >3,5 gr%
B.
Metode Fehling
a. Tujuan
Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa
dalam sampel urine.
b. Prinsip Pemeriksaan
Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi
kupri menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan
berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar
glukosa dalam urine yang diperiksa.
c. Alat
dan Bahan
·
Alat : Tabung reaksi, api bunsen, pipet
volume, Ball filler
·
Bahan : Sampel urine, Reagen Fehling A
dan Fehling B
d. Cara Kerja
·
Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B,
dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga
sampel)
·
Dipipet masing-masing 1 ml larutan
tersebut ke dalam tiga tabung reaksi
·
Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel
urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut
·
Ketiga tabung dipanaskan di atas api
bunsen hingga mendidih
·
setelah dingin, diamati perubahan warna
yang terjadi pada ketiga tabung.
e. Interpretasi :
·
(-) : warna biru / hijau keruh
·
(+) : larutan keruh dan hijau agak kuning
·
(++)
: kuning kehijauan dengan endapan kuning
·
(+++)
: kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
·
(++++)
: merah
jingga sampai merah bata
III.
Pembahasan
Urin atau air seni adalah cairan
yng diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa
seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial (Chernecky and Berger, 2008).
Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung
urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi
sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan
warnanya. (Chernecky and Berger, 2008).
Diabetes adalah suatu penyakit yang
dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung
gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine
termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa,
dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan
warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen
fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung
garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim glukosa oxidase (Prasetya, 2011).
Tes
glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan
dengan menggunakan fehling, benedict,
dan clinitest. Ketiga jenis tes ini
dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes
glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang
tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif
(Subawa.2010). Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan
fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B
merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling
dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu
larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO (Anonim,
2010).
Dalam
pemeriksaan reduksi / glukosa urine banyak reagen akan dipilih, namun reagen
yang mengandung garam cupri yang paling baik untuk menyatakan adanya zat – zat reduksi
dalam urine. Hal ini dikarenakan adanya zat reduktor akan meruduksi Cupri
Sulfat ( CuSO4 ) dan Cupro Oksida
Cu2O), Cupro oksida yang terbentuk akan menimbulkan warna
dari hijau samapai merah bata.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan reduksi, yaitu : metode benedict
banyak digunakan di laboratorium klinik bila dibandingkan dengan metode
fehling, hal ini disebabkan :
1.
Kadar
asam urat dan kreatinin yang tinggi tidak dapat mereduksi benedict, tetapi
dapat mereduksi reagen fehling.
2.
Pada
benedict hanya menggunakan 1 macam reagen sedangkan metode fehling menggunakan
2 macam reagen.
3.
Reaksi
benedict lebih sensitive dibandingkan dengan fehling.
4.
Reaksi
benedict dapat digunakan untuk menaksirkan kadar glukosa secara kasar.
5.
Pemakaian
bahan urine sedikit.
Dalam
pemeriksaan reduksi pengawet yang paling baik adalah NaF ( Natrium Florida ) karena pengawet ini mampu mencegah
terjadinya glikolisis yaitu perombakan glukosa menjadi asam pyruvat dan asam
laktat, dimana keadaan ini bisa menyebabkan hasil (-) palsu. Sedangkan urine
yang terbaik yaitu Urine prospandial ( urine 1,5 – 3 jam setelah makan ), karena
diperkirakan pada urine ini akan banyak mengandung glukosa.
Sumber :
http://lailanihikari.wordpress.com/category/analis-kesehatan/kimia-klinik/
http://smart-fresh.blogspot.com/2012/06/tes-glukosa-urine-fehling-benedict.html
Buku
Petunjuk Praktikum Kimia Klinik ( Urinalisa Rutin ) Sekolah Menengah Analis
Kesehatan Nasional Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar