25 Jun 2014

PENETAPAN KADAR KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA / KOK (Chemical Oxygen Demand / COD




1.      Landasan Teori
COD / KOK adalah jumlah O2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 L sampel air, dengan pengoksidasi K2Cr2O7 sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD juga merupakan ukuran bagi pencemaran air dan mengakibatkan berkurangnya O2 dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, tapi dapat ditetapkan perbandingannya sebagai alat kontrol uji COD dan BOD.    
a.    Gangguan
Kadar Chlorida <2000 ppm mengganggu kerja AgSO4, tapi dapat dihilangkan dengan HgSO4 (dengan jumlah yang sebanding) 2(NO2-) juga akan teroksidasi menjadi NO3-. Bila konsentrasi NO2->2mg/l maka perlu penambahan 10 mg Asam sulfamat per mg NO2- , baik dalam sampel maupun blangko.
b.    Keuntungan
ü  Tes COD lebih singkat dari tes BOD
ü  Tidak selalu butuh pengenceran
ü  2-3 x lebih teliti
ü  Gangguan yang sifatnya racun terhadap zat organis tidak berpengaruh 
c.    Kekurangan
Merupakan analisa suatu reaksi oksidasi kimia yang meniru oksidasi biologis, sehingga merupakan pendekatan, tidak dapat membedakan zat inert dan zat yang teroksidasi secara biologis.
Pengawetan sampel air dengan penambahan H2SO4 pekat.
Pada pengambilan contoh, contoh diawetkan dengan cara pendinginan pada suhu 4ºC jika analisis dilakukan kurang dari 24 jam setelah pengambilan contoh dan pH kurang dari 2 dengan penambahan Asam Sulfat pekat.

2.      Tujuan
   Untuk mengetahui penetapan kadar Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) / Chemical Oxygen Demand (COD) dalam mg O2 /l.


3.      Prinsip Percobaan
Zat organik yang terdapat dalam air dioksidasi oleh K2Cr2O7 berlebih dalam suasana asam dan pada suhu 148ºC selama 2 jam. Sisa K2Cr2O7 yang tidak bereaksi dititrasi oleh larutan standart Fero Ammonium Sulfat dengan indikator Feroin hingga terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan menjadi merah bata.

4.      Reaksi Yang Terjadi
CXHYOZ + Cr2O72- → CO2 + H2O + Cr3+
Cr2O72-  (kelebihan) + Fe2+ → Fe3+ + 2Cr3+ + H2O

5.      Reagen Yang Digunakan


ü Indikator Ferroin
ü Larutan standart Fero Amonium Sulfat  (NH4)2Fe(SO4)2 0,02 N
ü Larutan K2Cr2O7 0,02 N

6.        Cara Kerja Penetapan Kadar
ü Masukkan 10,0 ml sampel ke dalam erlenmeyer
ü Tambahkan 50 mg HgSO4 dan 20,0 ml larutan K2Cr2O7 0,02 N
ü Tambahkan 2,5 ml reagen COD dan beberapa butir batu didih
ü Hubungkan erlenmeyer dengan kondensor (pendingin balik) didihkan selam 2 jam, dinginkan tambahkan 10 tetes indikator Ferroin dan lakukan titrasi dengan larutan standart (NH4)2Fe(SO4)2 0,02 N sampai warna berubah menjadi coklat merah
ü Lakukan percobaan blangko dengan cara yang sama menggunakan aquades. 

7.        Data Percobaan :
No.
Vol. sampel
Vol. K2Cr2O7
Vol. titran sampel
Vol. titran blangko

  1.  
10,0 ml
25,0 ml
11,20 ml



19,90 ml

  1.  
10,0 ml
25,0 ml
11,20 ml

  1.  
10,0 ml
25,0 ml
9,60 ml

  1.  
10,0 ml
25,0 ml
9,90 ml

  1.  
10,0 ml
25,0 ml
9,50 ml

  1.  
10,0 ml
25,0 ml
8,50 ml

8.        Perhitungan
      (vol. Titrasi blangko+ vol.titran sampel) x  N ( NH4)2 Fe (SO4)2 x 8000 =
                                                            Volume sampel
                       
 (19,90 ml -     11,20 ml ) x 0,0201 N x 8000                       = 139,896   mgO2 /l
10,0 ml

Normalitas ( NH4)2 Fe (SO4)2.6H2O 0,0201 N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar