Oke teman – teman , untuk memenuhi tugas
3 dari bapak aziz, saya akan membahas tentang buffer dan mekanismenya didalam
tubuh. Petama perlu diketahui bahwa Buffer atau larutan penyangga merupakan larutan yang dapat mempertahankan
pH nya bila ditambah sedikit asam kuat, basa kuat, atau diencerkan. Di dalam tubuh kita itu mempunyai
sejumlah larutan penyangga ( buffer ) untuk menyeimbangkan perubahan
tiba-tiba dalam pembentukn H+.
Protein dapat berperan sebagai buffer, dan hemoglobin dalam eritrosit memiliki
kapasitas yang besar untuk mengikat H+.
Untuk menjaga pH darah agar stabil maka dalam darah terdapat sistem penyangga antara lain asam
bikarbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Dalam sel darah merah terdapat
sistem penyangga sebagai berikut :
H3PO4-
+ H2O → HPO42- + H3O+
Ada
beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya
penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat. Tapi disini saya akan membahas tentang buffer
hemoglobin saja.
A.
Buffer
Hemoglobin
Pertama pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk
selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh.
Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O2 (g) → HbO2-
+ H+
Asam
hemoglobin
ion oksi hemoglobin
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat mempengaruhi
konsentrasi ion H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada
reaksi di atas O2
bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O2
dapat mengikat H+ dan membentuk asam hemoglobin.
Sehingga ion H+ yang dilepaskan pada peruraian H2CO3
merupakan asam yang diproduksi oleh CO2
yang terlarut dalam air saat metabolisme.
B.
Hemoglobin
a.
Pengertian Hemoglobin ( Hb )
Hemoglobin
adalah metal-protein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah
dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari
globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan
satu atom besi.
b. Struktur
Hemoglobin
Pada pusat molekul terdapat
cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen.
Porfirin yang mengandung besi disebut heme.
Nama hemoglobin merupakan gabungan
dari heme dan globin
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer ( mengandung 4 subunit protein ), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit - subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen:
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer ( mengandung 4 subunit protein ), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit - subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen:
(1)
Reaksi bertahap dapat dinayatakan
dalam persamaan reaks kesetimbangan:
· Hb + O2 ->
Hbo2
· HbO2 + O2 ->
Hb (O2)2
· Hb (O2)2 + O2
-> Hb (O2)3
· Hb (O2)3 + O2
-> Hb (O2)4
(2)
Reaksi keseluruhan:
·
Hb + 4O2 ->Hb (O2)4
Penggabungan
oksigen dengan molekul hemoglobin ( Hb ) merupakan reaksi yang sangat kompleks.
HbO2 adalah oksihemoglobin, kompleks hemoglobin yang menjadi alat
transportasi oksigen ke jaringan. Tetapan kesetimbangannya adalah sebagai
berikut :
Kc = [HbO2] per [HbO2] [O2]
Menurut prinsip Le Chatelier, pengurangan konsentrasi
oksigen akan menggeser kesetimbangan diatas dari kanan ke kiri. Hal ini
mengakibatkan berubahnya kadar oksigen hemoglobin , tubuh memerlukan waktu yang
lama. Kesetimbangan akan bergeser dari kiri ke kanan sejalan dengan
terbentuknya oksihemoglobin. Penambahan jumlah hemoglobin sangat lambat yaitu
dua sampai tiga minggu untuk membentuknya. Terkadang untuk mengembalikan
kadarnya ke kondisi normal dibutuhkan beberapa tahun.
C.
Mekanisme Buffer Hemoglobin
Repiratory motion of hemoglobin
adalah proses pengikatan dan pelepasan molekul oksigen dari hemoglobin yang
melibatkan perubahan spesifik pada struktur molekularnya. Apabila hemoglobin
berubah dari bentuk deoxyhemoglobin kepada bentuk
oxyhemoglobin, karbon dioksida, CO2 dan 2,3-DPG akan terlepas dari
posisi asalnya yaitu di antara rantai β-globin lalu membuka molekul heme untuk
menerima oksigen. Seterusnya, oksigen yang berikatan dengan salah satu kelompok
heme akan meningkatkan afinitas dari kelompok heme yang lain kepada oksigen.
Interaksi inilah yang menyebabkan terjadinya bentuk ” sigmoid ”
Jumlah
oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal
tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah
maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Pada pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak
membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang
memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih
banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak
daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian.
Dalam
keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari ( 24 jam )
atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume
udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat
konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya
konsentrasi hemoglobin darah berkurang. Oksigen yang dibutuhkan berdifusi
masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya,
sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah ( hemoglobin
) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam
butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin
yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein. Pertukaran O2 dan
CO2 antara alveolus dan Pembuluh darah yang menyelubungi Secara
sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan
reaksi bolak-balik berikut ini :
Hb4 + O2 4 Hb O2 ( oksihemoglobin ) berwarna merah
jernih
Reaksi di
atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 ( P O2 ), perbedaan kadar
O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri
demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara
inspirasi. Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760
mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di
lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan
arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru
secara difusi. Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis
yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat
arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang
tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari
jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan
di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg.
Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama
yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan
ke udara bebas. Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg
dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya
ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian
kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3
darah. Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung
menurut reaksi kimia berikut: C02 + H20 Þ ( karbonat anhidrase )
H2CO3 Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga
mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Pengangkutan
CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut :
a. Karbon dioksida larut dalam plasma,
dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase ( 7% dari seluruh CO2 ).
b. Karbon dioksida terikat pada
hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin ( 23% dari seluruh CO2 ).
c. Karbon dioksida terikat dalam gugus
ion bikarbonat ( HCO3 ) melalui proses berantai pertukaran klorida ( 70% dari
seluruh CO2 ).
Reaksinya adalah sebagai berikut :
CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3
Gangguan
terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena
turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan
Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka
muncul gejala alkalosis.
Nah sekian tugas ini saya
buat, semoga bermanfaat ya teman – teman.
Ini nih daftar pustakanya
:
Kalsum, Siti, dkk. 2009. Kimia 2. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Girindra, A. 1986. Biokimia I.
Gramedia, Jakarta.
Kennelly
PJ, Rodwell VW. Protein: Myoglobin &
hemoglobin. In: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW, editors. Harper’s
Illustrated Biochemistry. 27th ed. United States: The McGraw-Hill Companies, 2006:
41-8.
Sumardjo, Drs. Damin. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Hall E.guyton and hall buku saku
fisiologi kedokteran : transport oksigen dan karbondioksida dalam darah dan
cairan jaringan. 11th ed. Jakarta : ECG, 2007.
Sherwood L.human physiologi : the
respiratory system. 7Th ed. Canada : brooks / cole, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar